Cita-cita
nasional bangsa Indonesia sebagaimana ditetapkan dalam pembukaan Undang Undang
Dasar 1945 dapat diwujudkan apabila Bangsa Indonesia itu sendiri dapat membangun
negara yang berkualitas. Kondisi negara yang kita dambakan saat ini pada
hakekatnya merupakan pembangunan manusia seutuhnya. Hal tersebut, dapat
dilakukan dengan cara meningkatkan minat masyarakat dalam bidang pendidikan berdasarkan
atas asas Pancasila dan UUD 1945, khususnya pada pelajar remaja saat ini.
Sementara itu,
keberhasilan hidup seseorang dapat ditentukan dengan tingginya ilmu pengetahuan
yang dimilikinya. Salah satu contohnya adalah Ilmu pengetahuan dan teknologi,
khususnya teknologi informasi sekarang ini yang telah memberikan dampak positif
kepada masyarakat dan pelajar untuk menambah referensi atau informasi ilmu
mereka. Namun, apabila hal tersebut tidak diimbangi dengan kecerdasan emosional
yang baik, maka semua itu hanyalah tipu daya belaka. Hal ini sesuai dengan
ungkapan Samuel Mc. Garious bahwa
pengertian kematangan emosional adalah sejauh individu mampu menerima kenyataan
yang berkaitan dengan kemampuan dan potensi kepribadiaanya, sejauh individu
mampu meningkatkan hubungan-hubungan sosialnya baik di dalam maupun di luar,
mampu bersikap positif pada kehidupan, serta mampu mewujudkan keseimbangan dan
keharmonisan di antara berbagai kebutuhan dan motivasi kehidupan.
Sementara itu, yang perlu
diperhatikan dari penjelasan diatas bahwa keberhasilan kehidupan manusia
khusunya pelajar salah satunya tergantung kepada kemampuan individu untuk
beradaptasi. Oleh karena itu, pendidikan berkarakter dan bermoral sangat
bermanfaat bagi pelajar agar mereka dapat membedakan mana yang baik dan buruk. Sementara
itu, pengertian dari pendidikan berkarakter adalah sebuah sistem yang
menamamkan nilai-nilai karakter kepada anak usia sekolah yang dimana
nilai-nilai tersebut memiliki komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad,
serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai baik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama manusia, dan bangsa sehingga
akan terwujud menjadi manusia santun dan berkualitas
Di sisi lain, jika kita melihat
kondisi pelajar saat ini, bahwa pendidikan berkarakter dan bermoral baik,
dinilai masih kurang efektif. Mengapa? Karena proses belajar mereka menyimpang
atau kurang adanya perhatian dari orang tua. Proses belajar menyimpang disini dapat diartikan sebagai
kegiatan belajar yang tidak sesuai dengan norma sosial. Seperti yang pernah
diungkapkan oleh ilmuwan sosiolog, Robert
M.Z. Lawang dalam kutipan buku yang berjudul “Theory and Application of Sosiology”, yaitu
bahwa perilaku menyimpang terjadi apabila semua tindakan tidak sesuai dengan
norma atau aturan yang berlaku. Hal ini dilihat dari semakin maraknya kasus
yang terjadi pada pelajar muda, seperti kenakalan remaja, pergaulan yang bebas,
minum minuman keras, tawuran, narkoba, dan sebagainya
Gejala-gejala
yang timbul pada remaja yang melakukan penyimpangan sosial tersebut, khusunya
pergaulan bebas salah satunya adalah membentuk ikatan sosial yang berlainan.
Artinya, apabila kelompok pergaulan tersebut memiliki pola sikap yang
menyimpang, maka ada kemungkinan besar bagi individu remaja tersebut untuk
mengikuti sikap menyimpang yang ia temukan. Kalangan pelajar tersebut cenderung
menghabiskan waktu bersama kelompoknya untuk bersenang-senang. Sehingga waktu
untuk melaksanakan kewajibannya, yaitu proses pembelajaran, menjadi
terbengkalai. Sehingga, prestasi dan minat mereka menjadi turun.
Sedangkan
menurut pandangan psikologi yang penulis kutip dari sebuah buku berjudul “Kreatif Sosiologi” menyatakan bahwa
gangguan kepribadian dan penyakit mental merupakan awal pembentukan dari
perilaku menyimpang. Seorang ahli psikolog, Sigmun Freud (1856-1939) pernah menjelaskan mengenai hal ini dalam
sebuah teori psikoanalisisnya yaitu berupa hal-hal sebagai berikut : 1) Id,
adalah bagian diri yang bersifat tidak sadar, naluriah, dan mudah terpengaruh
oleh gerak hati. 2) Ego, adalah bagian diri yang bersifat sadar dan rasional
yang berfungsi sebagai penjaga pintu kepribadian. 3) Superego, adalah bagian
diri yang telah mengabsorbsi nilai-nilai kultural sebagai suara hati. Menurut
Freud, pergaulan bebas terjadi apabila Id yang dimiliki oleh suatu pelajar
terlalu tingi serta tidak diimbangi dengan sifat Ego dan Superego.
Masa remaja bisa dikatakan sebagai masa yang
berbahaya, karena masa tersebut seseorang meninggalkan masa kanak-kanak menuju
ke tahap kedewasaan. Masa tersebut merupakan masa krisis sebab mereka belum
punya pegangan atau panutan. Sementara itu, kepribadiaannya masih mengalami
perkembangan. Mereka masih memerlukan bimbingan dari orang tua atau guru dengan
bentuk motivasi atau dukungan secara positif. Adanya sikap apatis orang tua dan
guru merupakan penyebab utama timbunya kenakalan remaja, termasuk
pergaulan bebas.
Hal tersebut senada dengan apa yang dikemukakan oleh Edwin H. Sutherland bahwa
anak-anak yang melakukan kejahatan berasal dari keluarga yang retak, artinya
dia memiliki ketidaksempurnaan sosialisasi dalam lingkungan keluarga.
Pendidikan perlu
mendapatkan perhatian yang lebih dari pihak pemerintah maupun masyarakat karena
masalah pendidikan berkarakter merupakan salah satu masalah yang serius dan
sulit untuk dipecahkan. Perhatian tersebut bisa dilakukan dengan cara melakukan
perbaikan dalam bidang pendidikan. Seperti mengadakan pembelajaran pendidikan
agama dan akhlak atau pendidikan berkarakter, memberikan layanan belajar yang
memadai sehingga siswa dapat mengembangkan ilmunya atau berkreasi, dan
meningkatkan kualitas tenaga pendidik agar dapat menciptakan tradisi siswa
berakhlak mulia.
Pendidikan pada
umumnya dapat diperoleh dari kegiatan formal, atau non-formal. Kegiatan formal
bisa dilakukan dengan proses belajar mengajar di sekolah pada umumnya.
Sedangkan non-formal diperoleh dari kegiatan sehari-hari yang terjadi di
lingkungan keluarga oleh pihak orang tua dan anak.
Berhubungan
dengan pendidikan di sekolah, untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan
berwawasan tinggi, maka siswa harus memiliki strategi belajar yang baik.
Pendidikan, baik yang dilakukan di sekolah atau di luar sekolah memiliki arti penting dalam kehidupan remaja
saat ini.
Ajaran agama
memberikan pedoman kepada para remaja khususnya mengenai hal-hal yang boleh
diperbuat atau dilarang. Selanjutnya,
ajaran agama dapat mempengaruhi tingkah laku atau sikap mereka dalam pergaulan
di lingkungan masing-masing. Seseorang yang mengerti mengenai ajaran tersebut,
akan merasa bersalah dan berdosa apabila melakukan perbuatan yang menyimpang.
Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam
mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar
kesuksesan dalam belajar. Hal tersebut sudah terbukti bahwa untuk meningkatkan
prestasi dan minat belajar siswa bisa dilakukan dengan cara memberikan motivasi
yang baik dengan cara internal maupun external. Motivasi internal yaitu dari
hati nurani masing-masing individu. Siswa yang mempunyai motivasi yang besar
dari dalam dirinya tidak akan merasa jenuh untuk belajar sehingga mereka selalu
berorientasi
menuju masa
depan yang lebih cerah. Sebaliknya siswa yang tidak mempunyai motivasi dari
diri sendiri, akan merasa jenuh untuk belajar. Sehingga, mereka cenderung
meninggalkan kewajiban dan mencari kesenangan untuk pribadi. Siswa semacam ini
tidak akan mendapatkan kesuksesan kelak. Sedangkan motivasi secara eksternal
dapat diperoleh dari pengaruh dari luar, seperti motivasi orang tua dalam
lingkungan keluarga atau guru dalam lingkungan sekolah. Selain itu, pergaulan
yang sesuai dengan norma, juga dapat memberikan motivasi yang dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Sehingga secara aktualitas dapat
memberikan manfaat yang baik bagi pelajar, yaitu menghindarkan diri dari
pergaulan yang bebas, perilaku menyimpang atau tindakan kriminal.
Jadi, siswa
dapat belajar secara efisien jika motivasi yang ada dalam dirinya lebih besar
dan stabil dari pengaruh lingkungan yang kemungkinan dapat membawa dampak
negatif. Sehingga, motivasi belajar siswa sangat mempengaruhi prestasi belajar
anak yang bersangkutan sebagai siswa.