Kamis, 15 November 2012

SUDAH INDAKAH PERGAULAN ANDA SEBAGAI PELAJAR??


Cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana ditetapkan dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 dapat diwujudkan apabila Bangsa Indonesia itu sendiri dapat membangun negara yang berkualitas. Kondisi negara yang kita dambakan saat ini pada hakekatnya merupakan pembangunan manusia seutuhnya. Hal tersebut, dapat dilakukan dengan cara meningkatkan minat masyarakat dalam bidang pendidikan berdasarkan atas asas Pancasila dan UUD 1945, khususnya pada pelajar remaja saat ini.  
Sementara itu, keberhasilan hidup seseorang dapat ditentukan dengan tingginya ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Salah satu contohnya adalah Ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi sekarang ini yang telah memberikan dampak positif kepada masyarakat dan pelajar untuk menambah referensi atau informasi ilmu mereka. Namun, apabila hal tersebut tidak diimbangi dengan kecerdasan emosional yang baik, maka semua itu hanyalah tipu daya belaka. Hal ini sesuai dengan ungkapan Samuel Mc. Garious bahwa pengertian kematangan emosional adalah sejauh individu mampu menerima kenyataan yang berkaitan dengan kemampuan dan potensi kepribadiaanya, sejauh individu mampu meningkatkan hubungan-hubungan sosialnya baik di dalam maupun di luar, mampu bersikap positif pada kehidupan, serta mampu mewujudkan keseimbangan dan keharmonisan di antara berbagai kebutuhan dan motivasi kehidupan.
Sementara itu, yang perlu diperhatikan dari penjelasan diatas bahwa keberhasilan kehidupan manusia khusunya pelajar salah satunya tergantung kepada kemampuan individu untuk beradaptasi. Oleh karena itu, pendidikan berkarakter dan bermoral sangat bermanfaat bagi pelajar agar mereka dapat membedakan mana yang baik dan buruk. Sementara itu, pengertian dari pendidikan berkarakter adalah sebuah sistem yang menamamkan nilai-nilai karakter kepada anak usia sekolah yang dimana nilai-nilai tersebut memiliki komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama manusia, dan bangsa sehingga akan terwujud menjadi manusia santun dan berkualitas
Di sisi lain, jika kita melihat kondisi pelajar saat ini, bahwa pendidikan berkarakter dan bermoral baik, dinilai masih kurang efektif. Mengapa? Karena proses belajar mereka menyimpang atau kurang adanya perhatian dari orang tua. Proses belajar menyimpang disini dapat diartikan sebagai kegiatan belajar yang tidak sesuai dengan norma sosial. Seperti yang pernah diungkapkan oleh ilmuwan sosiolog, Robert M.Z. Lawang dalam kutipan buku yang berjudul “Theory and Application of Sosiology”, yaitu bahwa perilaku menyimpang terjadi apabila semua tindakan tidak sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku. Hal ini dilihat dari semakin maraknya kasus yang terjadi pada pelajar muda, seperti kenakalan remaja, pergaulan yang bebas, minum minuman keras, tawuran, narkoba, dan sebagainya
Gejala-gejala yang timbul pada remaja yang melakukan penyimpangan sosial tersebut, khusunya pergaulan bebas salah satunya adalah membentuk ikatan sosial yang berlainan. Artinya, apabila kelompok pergaulan tersebut memiliki pola sikap yang menyimpang, maka ada kemungkinan besar bagi individu remaja tersebut untuk mengikuti sikap menyimpang yang ia temukan. Kalangan pelajar tersebut cenderung menghabiskan waktu bersama kelompoknya untuk bersenang-senang. Sehingga waktu untuk melaksanakan kewajibannya, yaitu proses pembelajaran, menjadi terbengkalai. Sehingga, prestasi dan minat mereka menjadi turun.
Sedangkan menurut pandangan psikologi yang penulis kutip dari sebuah buku berjudul “Kreatif Sosiologi” menyatakan bahwa gangguan kepribadian dan penyakit mental merupakan awal pembentukan dari perilaku menyimpang. Seorang ahli psikolog, Sigmun Freud (1856-1939) pernah menjelaskan mengenai hal ini dalam sebuah teori psikoanalisisnya yaitu berupa hal-hal sebagai berikut : 1) Id, adalah bagian diri yang bersifat tidak sadar, naluriah, dan mudah terpengaruh oleh gerak hati. 2) Ego, adalah bagian diri yang bersifat sadar dan rasional yang berfungsi sebagai penjaga pintu kepribadian. 3) Superego, adalah bagian diri yang telah mengabsorbsi nilai-nilai kultural sebagai suara hati. Menurut Freud, pergaulan bebas terjadi apabila Id yang dimiliki oleh suatu pelajar terlalu tingi serta tidak diimbangi dengan sifat Ego dan Superego.
Masa remaja bisa dikatakan sebagai masa yang berbahaya, karena masa tersebut seseorang meninggalkan masa kanak-kanak menuju ke tahap kedewasaan. Masa tersebut merupakan masa krisis sebab mereka belum punya pegangan atau panutan. Sementara itu, kepribadiaannya masih mengalami perkembangan. Mereka masih memerlukan bimbingan dari orang tua atau guru dengan bentuk motivasi atau dukungan secara positif. Adanya sikap apatis orang tua dan guru merupakan penyebab utama timbunya kenakalan remaja, termasuk
pergaulan bebas. Hal tersebut senada dengan apa yang dikemukakan oleh Edwin H. Sutherland bahwa anak-anak yang melakukan kejahatan berasal dari keluarga yang retak, artinya dia memiliki ketidaksempurnaan sosialisasi dalam lingkungan keluarga.
Pendidikan perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari pihak pemerintah maupun masyarakat karena masalah pendidikan berkarakter merupakan salah satu masalah yang serius dan sulit untuk dipecahkan. Perhatian tersebut bisa dilakukan dengan cara melakukan perbaikan dalam bidang pendidikan. Seperti mengadakan pembelajaran pendidikan agama dan akhlak atau pendidikan berkarakter, memberikan layanan belajar yang memadai sehingga siswa dapat mengembangkan ilmunya atau berkreasi, dan meningkatkan kualitas tenaga pendidik agar dapat menciptakan tradisi siswa berakhlak mulia.
Pendidikan pada umumnya dapat diperoleh dari kegiatan formal, atau non-formal. Kegiatan formal bisa dilakukan dengan proses belajar mengajar di sekolah pada umumnya. Sedangkan non-formal diperoleh dari kegiatan sehari-hari yang terjadi di lingkungan keluarga oleh pihak orang tua dan anak.
Berhubungan dengan pendidikan di sekolah, untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan berwawasan tinggi, maka siswa harus memiliki strategi belajar yang baik. Pendidikan, baik yang dilakukan di sekolah atau di luar sekolah  memiliki arti penting dalam kehidupan remaja saat ini.
Ajaran agama memberikan pedoman kepada para remaja khususnya mengenai hal-hal yang boleh diperbuat atau dilarang. Selanjutnya, ajaran agama dapat mempengaruhi tingkah laku atau sikap mereka dalam pergaulan di lingkungan masing-masing. Seseorang yang mengerti mengenai ajaran tersebut, akan merasa bersalah dan berdosa apabila melakukan perbuatan yang menyimpang.
Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan dalam belajar. Hal tersebut sudah terbukti bahwa untuk meningkatkan prestasi dan minat belajar siswa bisa dilakukan dengan cara memberikan motivasi yang baik dengan cara internal maupun external. Motivasi internal yaitu dari hati nurani masing-masing individu. Siswa yang mempunyai motivasi yang besar dari dalam dirinya tidak akan merasa jenuh untuk belajar sehingga mereka selalu berorientasi
menuju masa depan yang lebih cerah. Sebaliknya siswa yang tidak mempunyai motivasi dari diri sendiri, akan merasa jenuh untuk belajar. Sehingga, mereka cenderung meninggalkan kewajiban dan mencari kesenangan untuk pribadi. Siswa semacam ini tidak akan mendapatkan kesuksesan kelak. Sedangkan motivasi secara eksternal dapat diperoleh dari pengaruh dari luar, seperti motivasi orang tua dalam lingkungan keluarga atau guru dalam lingkungan sekolah. Selain itu, pergaulan yang sesuai dengan norma, juga dapat memberikan motivasi yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sehingga secara aktualitas dapat memberikan manfaat yang baik bagi pelajar, yaitu menghindarkan diri dari pergaulan yang bebas, perilaku menyimpang atau tindakan kriminal.
Jadi, siswa dapat belajar secara efisien jika motivasi yang ada dalam dirinya lebih besar dan stabil dari pengaruh lingkungan yang kemungkinan dapat membawa dampak negatif. Sehingga, motivasi belajar siswa sangat mempengaruhi prestasi belajar anak yang bersangkutan sebagai siswa. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar